“KINA” UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM PENGELOLAAN PEMBELAJARAN BL DI SMP NEGERI 2 BAWANG

Oleh :

Ade Erma Wardani, S. Pd

Kepala Sekolah SMPN 2 Bawang

 

ABSTRAK

Pada tahun pelajaran 2021/2022 SMP Negeri 2 Bawang mengembangkan pembelajaran inovasi dalam pengelolaan pembelajaran Blended Learning. Kepala sekolah dan guru sangat berantusias dan bersemangat menyambut baik program tersebut dengan berkordinasi, melaksanakan IHT dan evaluasi. Setelah dilakukan evaluasi hasil yang diperoleh baik. Kesenjangan hasil yang baik menuntut usaha yang keras agar keinginan menjadi pembelajaran inovasi di sekolah dalam pengelolaan pembelajaran Blended Learning tercapai. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan cara KINA.

Best Practice ini bertujuan mendeskripsikan KINA dapat meningkatkan kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran Blended Learning di kelas. Program ini dilaksanakan mulai bulan Agustus dan akan terus berlanjut sampai hari ini karena pembelajaran inovasi merupakan pembentukan budaya pembelajar bagi guru.

Best practice ini merupakan kegiatan yang akan terus dilakukan sampai benar-benar budaya guru meningkat dalam pengelolaan pembelajaran Blended Learning.

Setelah dilakukan strategi KINA ternyata mampu meningkatkan pengelolaan pembelajaran BL (Blended Learning). Hasil yang dicapai sebagai berikut: 1) Perencanaan. Pada tahap perencanaan,  indicator kerjasama pada penyusunan LKPD darling dengan nilai 82,95 dengan predikat baik kemudian pada penysuunan RPP hyperdocs dengan nilai 82,38 dengan predikat baik. Indicator inovasi pada penysuunan LKPD darling dengan nilai 82,38 dengan predikat baik dan penyusunan RPP hyperdocs dengan nilai 85,79 dengan predikat baik sekali. Indicator kepemimpinan pada pelaksanaan lesson study baik sekali dengan nilai 91,67 dan indicator apresiasi pada pelaksanaan lesson study baik sekali dengan nilai 88,89., 2) Pelaksanaan. Pada tahap pelaksanaan pada intrumen RPP ada 14 guru dengan predikat baik dan 26 guru dengan predikat baik sekali. Kemudian pada instrument pelaksanaan pembelajaran Blended Learning ada 11 guru dengan predikat baik dan 29 guru dengan predikat baik sekali. Secara keseluruhan, strategi KINA mampu meningkatkan kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran Blended Learning di kelas, 3) Evaluasi dan monitoring. Kegiatan evaluasi dan monitoring berjalan sesuai rencana dan hasilnya baik.

Dari hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa KINA dapat meningkatkan kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran Blended Learning sehingga tujuan pembelajaran inovasi tercapai.

 

Kata Kunci : KINA, Kompetensi Guru, Pengelolaan pembelajaran, BL

 

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Saat ini sedang mengalami degradasi di dunia pendidikan dengan istilah hilangnya pelajaran (lost learning) akibat pandemic covid-19 yang melanda seluruh negara berimbas juga pada pola pembelajaran di SMP Negeri 2 Bawang. Perubahan paradigma yang terjadi di sekolah yaitu proses pembelajaran yang biasanya dilakukan secara tatap muka dan banyak didominasi oleh guru berubah menjadi pembelajaran melalui media online yang lebih didominasi oleh peserta didik. Masalah lain yang timbul yaitu bahwa dalam proses pembelajaran tanpa interaksi antara guru dan peserta didik yang mengakibatkan anak stress dan lelah serta kemungkinan meningkatnya angka putus sekolah. Permasalahan-permasalahan tersebut jika tidak ditangani dengan baik maka kemungkinan akan terjadi hilangnya generasi (lost generation)

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. (UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003). Pengelolaan pembelajaran merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran atau orang yang membantunya dengan maksud agar tercapai kondisi optimal, sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan. (Suharsimi Arikunto). Dari kedua pembahasan diatas mengenai pendidikan dan pengelolaan pembelajaran adalah erat kaitannya oleh karena itu penting bagi sekolah merubah mindset guru dalam pengelolaan pembelajaran di kelas.

Pada tahun pelajaran 2021/2022 SMP Negeri 2 Bawang dimotivasi oleh nara sumber LPMP pada Bimtek Pemenuhan Mutu Pembelajaran untuk mengembangkan pengelolaan pembelajaran inovatif dan kreatif. Kepala sekolah dan guru berkordinasi dan memutuskan untuk mengembangkan pengelolaan pembelajaran di SMP Negeri 2 Bawang menjadi pengelolaan pembelajaran BL (Blended Learning).

Pada Tanggal 15 Agustus 2021, Penulis selaku kepala sekolah melakukan sosialisasi tentang pengelolaan pembelajaran Blended Learning. Sosialisasi diikuti oleh guru, staff dan komite sekolah. Setelah memberikan sosialisasi penulis selaku kepala sekolah mendorong seluruh guru untuk mengubah mindset pengelolaan pembelajaran di kelas menjadi pengelolaan pembelajaran Blended Learning yang tadinya terpaku pada pembelajaran tatap muka dan sekarang harus bisa memodifikasi pembelajaran tatap muka dan daring. Berdasarkan hasil musyawarah dewan guru memutuskan bahwa SMP Negeri 2 Bawang mencanangkan program pengelolaan pembelajaran Blended Learning.

Untuk mewujudkan program pengelolaan pembelajaran Blended Learning maka harus ada partisipasi dari seluruh warga sekolah. Dalam hal ini, sebaiknya komunitas sekolah ikut terlibat secara aktif dalam menjalankan kebijakan sekolah dari Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi dan Tindak Lanjut sesuai dengan peran serta dan tanggung jawab yang dimiliki oleh guru. Untuk mengembangkan keberlangsungan program pengelolaan pembelajaran Blended Learning, maka program tersebut dilaksanakan secara berkelanjutan yang tentu saja diperlukan perencanaan yang matang. Supaya kompetensi guru terhadap pengelolaan pembelajaran terus lestari, bukan hanya guru yang ada di sekolah tersebut akan tetapi guru-guru mendatang yang diharapkan juga dapat mempertahankan semangat dan motivasi dalam rangka menerapkan program ini.

Untuk memenuhi komponen-komponen pengelolaan pembelajaran Blended Learning memerlukan kerja keras, kerja cerdas dan kerja inovatif dari semua guru. Untuk itu perlu strategi agar program tersebut tetap terlaksana.

Dari uraian diatas, maka penulis dalam mengelola sekolah untuk menuju sekolah dengan pembelajaran inovatif yaitu dengan cara memaksimalkan keterlibatan guru-guru dalam strategi pengelolaan pembelajaran Blended Learning di SMP Negeri 2 Bawang. Strategi penulis beri nama KINA. KINA merupakan kepanjangan dari Kerjasama, Inovasi, Kepemimpinan, Aspirasi. Dengan memaksimalkan KINA maka SMP Negeri 2 Bawang menjadi sekolah yang memiliki pembelajaran inovatif dalam pengelolaan pembelajaran.

Rumusan Masalah

Rumusan masalahnya  adalah:

“Bagaimana KINA dapat meningkatkan kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran BL  di SMP Negeri 2 Bawang?”

TINJAUAN PUSTAKA

  1. Kajian Teori
  2. KINA

KINA mempunyai filosofi sebagai berikut. Kina merupakan salah satu obat yang mengandung zat kimia dianggap dapat menyembuhkan penyakit malaria.

KINA yang dimaksud dalam best practice ini merupakan akronim dari Kerjasama, Inovatif, Kepemimpinan, Apresiasi. Ada 4 unsur dalam KINA, yaitu 1)  Kegiatan kerjasama dalam menyusun LKPD darling dan RPP hyperdocs  untuk pelaksanaan lesson study dalam kelompok mata pelajaran, 2) Penyusunan LKPD darling dan  RPP hyperdocs inovasi, 3) Kepemimpinan dalam pengelolaan pembelajaran BL, 4) Pemberian apresiasi

Kerjasama merupakan salah satu bentuk interaksi sosial. Menurut Abu Ahmadi, kerjasama adalah merupakan usaha bersama dari dua orang atau lebih untuk melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Kerjasama merupakan belajar bersama dimana anggota-anggotanya saling mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil yang baik. Kegiatan kerjasama dilakukan dengan tim work sesuai dengan MGMP mata pelajaran. Kegiatan ini dilaksanakan pada saat IHT. Dalam kegiatan ini semua tim dituntut untuk bekerja bersama dalam menyusun LKPD darling dan RPP hyperdocs yang terbaik yang akan ditampilkan dalam lesson study dan pengelolaan pembelajaran Blended Learning di kelas.

Menurut Zaltman Duncan dalam Udin Syaefudin Sa’ud mengatakan bahwa inovasi adalah ide, tindakan ataupun sesuatu yang sudah ada tetapi diperbaharui oleh sekelompok orang yang mengadopsinya. Inovasi adalah perubahan. Inovasi merupakan usaha bagaimana mengkreasikan dan mengimplementasikan sesuatu menjadi suatu kombinasi sehingga dengan inovasi seseorang dapat menambahkan nilai dari produk pelayanan, proses kerja dan kebijakan pendidikan. Dari penjelasan diatas mengenai inovasi maka penting kiranya seorang guru membuat ide, tindakan dalam penyusunan perangkat LKPD dan RPP yang inovatif. LKPD darling dan RPP hyperdocs merupakan suatu ide dan gagasan yang inovasi. Penyusunan RPP disesuaikan dengan SE Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 14 tahun 2019 tentang penyederhanaan RPP yang memuat 3 komponen, yaitu 1) Tujuan Pembelajaran, 2) Langkah-langkah pembelajaran dan 3) Penilaian pembelajaran. Di dalam RPP sudah dimasukkan ketrampilan abad 21 yaitu 4C dan karakter profil pelajar Pancasila.

Kepemimpinan dalam pengelolaan pembelajaran. Menurut James L. Gibson dalam I Made Putrawan (2019:9) menyatakan kepemimpinan adalah suatu upaya penggunaan jenis pengaruh bukan paksaan untuk memotivasi orang-orang mencapai tujuan tertenti. Dalam hal ini seorang pemimpin dalam kelompok tersebut harus mampu mempengaruhi, memotivasi, membuat orang lain mampu memberikan kontribusinya demi efektifitas dan keberhasilan kelompok. Kepemimpinan ini akan terlihat pada saat pelaksanaan lesson study di kelas.

Pemberian apresiasi. Menurut Prayogi dalam https://pengertiandefinisi.com/pengertian-apresiasi-menurut-pendapat-para-ahli/ apresiasi merupakan setiap aktivitas penghargaan yang dilakukan sebagai hasil penggunaan, peresapan, dan penilaian seseorang terhadap sebuah karya sastra atau pun karya seni tertentu. Apresiasi juga dapat diartikan sebagai bentuk rasa kagum atau pun kekaguman yang keluar dari diri pengguna atau pun penikmat karya seni atau pun karya sastra tertentu. Pemberian apresiasi sangat diperlukan untuk lebih memotivasi guru dalam meningkatkan kompetensinya. Pemberian apresiasi memicu tumbuh sikap peduli, kreatifitas, inovatif dan membuatnya merasa dihargai. Pemberian apresiasi dilakukan oleh kepala sekolah dan observer setelah guru model melaksanakan lesson study dan juga pengelolaan pembelajaran Blended Learning.

  1. Kompetensi guru

Menurut Gordon dalam (Mulyasa, 2005:38-39 dalam https://www.asikbelajar.com/pengertian-kompetensi/), ada enam aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi, yaitu : (1) pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, (2) pemahaman (under-standing), yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki individu, (3) kemampuan (skill), sesuatu yang dimiliki individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya, (4) nilai (value), suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang,  (5) sikap (attitude), perasaan (senang – tidak senang, suka – tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar, dan (6) minat (interest), yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan seperangkat penguasaan kemampuan, ketrampilan, nilai, dan sikap yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai guru yang bersumber dari pendidikan, pelatihan, dan pengalamannya sehingga dapat menjalankan tugas mengajarnya secara profesional.

 

 

  1. Pengelolaan pembelajaran

Menurut Muh Fitrah M. Pd dan Hendra M. Si pengelolaan pembelajaran yaitu serangkaian tindakan yang dilakukan pembelajar dalam upaya menciptakan kondisi lingkungan pembelajaran yang positif dan produktif agar proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan tujuannya.

Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu, guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut disiplin dan berdisiplin dalam segala hal.

  1. Blended Learning

Menurut Dwiyoga Blended learning adalah sebuah kemudahan pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model pengajaran, dan gaya pembelajaran, memperkenalkan berbagai pilihan media dialog antara fasilitator dengan orang yang mendapat pengajaran. Blended learning juga sebagai sebuah kombinasi pengajaran langsung (face-to-face) dan pengajaran online, tapi lebih daripada itu sebagai elemen dari interaksi sosial.

Pelaksanaan model pembelajaran blended learning dibagi dalam 3 tahap, yaitu:

  1. Pembelajaran Tatap muka.

Pembelajaran tatap muka melibatkan langsung guru dan peserta didik di waktu yang sama di kelas. Guru menyampaikan materi dan peserta didik memahami materi. Kelebihan pembelajaran ini adalah peserta didik dapat berinteraksi langsung dengan guru serta peserta didik dapat berdiskusi langsung dengan peserta didik yang lain. Tapi banyak kekurangannya karena waktu tidak fleksibel, bila peserta didik belum paham, penyampaian materi dari guru tidak bisa di ulang.

  1. Pembelajaran Online

Dalam pembelajaran online atau biasa disebut dengan e-learning, peserta didik bisa menyimak langsung materi yang diberikan guru lewat jaringan internet atau siaran ulangnya bisa dilihat lagi atau dengan e-modul yang bisa di akses dari internet. Dengan pembelajaran online peserta didik dapat bebas menentukan waktu belajarnya. Peserta didik dapat berinteraksi dengan guru atau dengan teman yang lain melalui pesan online. Tetapi ketika bertanya lewat pesan online tidak bisa  langsung direspon oleh guru sehingga butuh waktu lama lagi untuk memahami materi.

  1. Kegiatan Praktik

Berdasarkan permasalahan dengan pembelajaran online maka diperlukan kegiatan praktek berdasarkan materi-materi yang telah dipelajari dengan pelajaran yang mengandung problem solving materi akan melekat pada ingatan peserta didik.

Blended learning menggabungkan ketiga cara belajar tersebut menjadi satu kegiatan utuh untuk menutup kekurangan pada pembelajaran lainnya. Ada banyak keuntungan menggunakan blended learning, diantaranya adalah :

  1. Blended learning bersifat flexibel.

Dengan menggunakan metode blended learning, peserta didik tidak harus setiap hari datang ke kelas. Belajar bisa dilakukan melalui internet, lalu satu/dua bahkan tiga hari dalam satu minggu ada pertemuan dengan guru di ruang kelas, untuk mendapat feedback atas apa yang sudah dipelajari.

  1. Hemat biaya dan waktu.

Menggunakan metode Blended Learning lebih menghemat biaya dan waktu. Belajar menggunakan internet tidak harus memiliki buku fisik karena materi sudah ada secara online dan peserta didik hanya tinggal mengunduh saja. Selain itu, peserta didik juga bisa menghemat waktu karena tidak perlu mengeluarkan biaya untuk datang ke sekolah.

  1. Materinya interaktif.

Materi pelajaran yang disajikan lewat internet dibuat menjadi media-media interaktif agar lebih mendetail dan menarik perhatian peserta didik. Media belajar tersebut bisa digunakan sesuai dengan cara belajar masing-masing peserta didik. Contohnya dengan melalui video interaktif, video penjelasan dari guru, podcast dan materi tertulis dalam format e-book. Semua ini ditambah lagi dengan berbagai live sessiononline chat dengan guru dan berbagai dukungan teknologi lainnya.

  1. Efektif dan Efisien.

Setiap peserta didik memiliki cara belajar yang berbeda satu sama lain. Ada peserta didik yang nyaman belajar di pagi hari, sore hari atau bahkan belajar di malam hari sambal bersantai dan mendengarkan music. Ada juga pelajar yang lebih nyaman belajar di kamar sendiri, di cafe atau di ruang kelas. Dengan begitu, menggunakan model pembelajaran blended learning ini, peserta didik dapat mengatur sendiri waktu dan tempat belajarnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ide Dasar Rancangan

Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang dipaparkan di atas, maka ide dasar yang mendasari strategi KINA untuk meningkatkan kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran BL di SMP Negeri 2 Bawang adalah sebagai berikut: 1) Visi SMP Negeri 2 Bawang yaitu unggul dalam prestasi akademik dan non-akademik, 2) Melaksanakan pembelajaran dan pembimbingan secara efektif dan efisien, 3) Pentingnya kompetensi guru bagi siswa, 4) Pemanfaatan fasiltas sekolah yang bernilai edukasi bagi guru, 5) Keinginan guru ingin menyelenggarakan pembelajaran Blended Learning yang mengarah kepada pembelajaran inovasi.

Secara lengkap kerangka berpikir pengelolaan pembelajaran BL melalui strategi ‘KINA’ di SMP Negeri 2 Bawang dapat digambarkan sebagai berikut:

 

 

 

Langkah-langkah Pemecahan Masalah

  1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Pelaksanaan peningkatan kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran BL (Blended Learning) dengan KINA dilaksanakan di semester 1 tahun pelajaran 2021/2022 di SMP Negeri 2 Bawang.

  1. Cara Pemecahan Masalah

Cara yang dilakukan dalam meningkatkan kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran BL (Blended Learning) dengan KINA yaitu sebagai berikut:

  1. Tahap persiapan
  • Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan

Pada tahap ini kepala sekolah dan tim pengembang sekolah yang terdiri dari wakil kepala sekolah dan 8 standar melakukan kordinasi. Yang paling berperan dalam kegiatan ini adalah tim pengembang yang menjadi tugas pokok wakil kepala sekolah 1 yang membawahi standar isi, standar proses dan wakil kepala sekolah 3 yang membawahi standar sarana prasarana dan standar pembiayaan. Kepala sekolah dibantu wakil kepala sekolah 1, standar isi dan standar proses melakukan analisis kekuatan dan kelemahan yang di miliki pada standar tersebut untuk mendukung peningkatan kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran BL (Blended Learning) dengan KINA di SMP Negeri 2 Bawang. Dari hasil analisis diperoleh catatan sebagai berikut:

Kekuatan:

  1. Sekolah memiliki SDM guru yang memiliki qualifikasi akademik S2 sejumlah 2 orang dan S1 sejumlah 43
  2. Memiliki kemampuan menjadi agen perubahan
  3. Memilki sarana prasarana yang memadai di kelas

Kelemahan:

  1. Pengelolaan pembelajaran di kelas belum optimal
  2. Pembelajaran masih menggunakan pola lama dan belum menggunakan model pembelajaran
  3. RPP yang disusun belum sesuai dengan SE Menteri terkait penyederhanaan RPP
  4. MGMP mata pelajaran sekolah belum optimal

Ini menjadi acuan penulis dalam merumuskan program dan langkah-langkah yang akan diambil pada peningkatan kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran BL (Blended Learning) dengan KINA.

  • Menetapkan tim kerja

Pada tahapan ini, penulis mengumpulkan wakil kepala sekolah, kordinator standar isi dan kordinator standar proses untuk membentuk tim kerja yang mendukung keberhasilan peningkatan kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran BL (Blended Learning) dengan KINA. Tim kerja terdiri dari:

  1. Tim administrasi
  2. Tim Pelaksana Kegiatan
  3. Tim monitoring dan evaluasi
  • Mengkondisikan lingkungan belajar

Pada tahapan ini, tim yang sudah dibentuk mendukung tercapainya peningkatan kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran BL (Blended Learning) dengan KINA. Lingkungan belajar menjadi syarat utama dalam meningkatkan kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran dengan KINA. Beberapa IHT yang dilakukan mengkondisikan lingkungan belajar agar peningkatan kompetensi guru meningkat. Dalam hal ini IHT yang telah dilakukan yaitu:

  1. Penyusunan LKPD darling
  2. Model-model Pembelajaran
  3. RPP Hyperdoc
  4. Lesson study
  5. Tahap Pelaksanaan
  6. Pelatihan/IHT
  7. Pelatihan LKPD Darling (Daring dan Luring)

Pada tahap ini, guru-guru mendapat pelatihan LKPD Darling. LKPD Darling digunkan untuk pembelajaran daring dan luring. Aplikasi yang digunakan untuk LKPD yaitu menggunakan eclipse crossword dan live worksheet.

  1. Pelatihan model-model pembelajaran dan RPP Hyperdocs berorientasi kecakapan abad 21

Pada tahap ini, guru mendapatkan materi tentang model-model pembelajaran dan RPP hyperdoc. Setiap kelompok mata pelajaran melakukan diskusi untuk menyusun RPP hyperdoc. Garis besar pada RPP hyperdocs yaitu kontruksi, konten, generasi Z, dan kecakapan abad 21. Di dalam RPP ini kenapa ada generasi Z, ini dimaksudkan bahwa bagi anak-anak generasi Z, jarak antara fisik dan digital semakin tipis. Bila pembelajaran hanya menyampaikan informasi maka akan membuat generasi Z jenuh. Mereka percaya bahwa apa yang disampaiakn guru dapat diperoleh di internt, bahkan lebih banyak dan lebih lengkap. Tidak hanya dapat diakses dalam format teks tetapi juga gambar dan video klip. Kemudian pada RPP hyperdocs dimasukkan juga kecakapan abad 21. Kecakapan abad 21 yang dimaksud disini adalah bahwa siswa harus mampu  berpikir kritis, berkomunikasi, kolaborasi dan kreatif.

  1. Pelatihan lesson study

Menurut Lewis (2002) ide yang singkat dan sederhana di dalam lesson study  yakni jika seorang guru ingin meningkatkan pembelajaran, salah satu cara yg paling jelas adalah melakukan kolaborasi dengan guru lain  dalam merancang, mengamati dan melakukan refleksi.

Langkah-langkah pelaksanaan lesson studi ada 3 tahap yaitu:

  1. Perencanaan (Plan)

Pada tahapan ini, guru dalam kelompok mata pelajaran melakukan hal-hal sebagai berikut 1) penggalian akademik, 2) perencanaan pembelajaran, 3) penyiapan alat. Setelah menyiapkan semua hal-hal diatas kemudian menunjuk satu model guru yang akan menjadi guru model sementara guru yang lain menjadi observer. Lembar observasi dipersiapkan. (lembar observasi terlampir)

  1. Pelaksanaan (Do)

Pada tahap ini, guru model melaksanakan tugasnya mengajar di kelas. Teman sejawat yang lain mengamati dan mengisi instrument pada lembar observasi.

  • Refleksi (See)

Pada tahap ini, teman sejawat menyampaikan hasil pengamatan selama pembelajaran.

  1. Pengelolaan Pembelajaran Blended Learning

Pengelolaan pembelajaran Blended Learning dilaksanakan dalam 4 tahap, yaitu: 1) Persiapan 2) Pelaksanaan 3) Penilaian 4) Tindak Lanjut.

Pada tahap pertama, guru menyiapkan perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang disiapkan yaitu menyusun RPP hyperdoc, menyiapkan alat peraga dan menyusun LKPD darling.

Pada tahap kedua, guru melaksanakan pembelajaran Blended Learning. Pembelajaran Blended Leraning diamati oleh Kepala Sekolah. Salah satu tugas kepala sekolah adalah melaksanakan kunjungan kelas dan mengamati pelaksanaan pembelajaran di kelas. Pelaksanaan kunjungan kelas dibantu oleh tim asesor/guru senior.

Pada tahap ketiga, guru melakukan penilaian. Guru menyusun instrument penilaian sikap, pengetahuna dan keterampilan. Pelaksanaan penilaian ini dibuat di dalam kelas pada tatap muka dan online dengan menggunakan LKPD darling.

Pada tahap ke empat, guru melakukan refleski dan tindak lanjut terkait pembelajaran yang telah dilaksanakan kemudian membuat tindak lanjut dari hasil penilaian yang telah dieproleh oleh guru.

  1. Evaluasi dan monitoring

Pada tahap ini, kepala sekolah melakukan tugas pemantauan dan monitoring terkait pelaksanaan lesson study. Dari kegiatan pemantauan ini kepala sekolah dapat memantau semua pengelolaan pembelajaran Blended Learning  dengan melaksanakan supervise kunjungan kelas. Selanjutnya dari hasil catatan yang ditemukan pada pelaksanaan supervise kunjungan kelas kepala sekolah dapat melakukan evaluasi dan perbaikan untuk peningkatan kompetensi guru.

 

Hasil yang dicapai

Dari strategi KINA untuk meningkatkan kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran BL (Blended Learning) di SMP Negeri 2 Bawang dengan hasil sebagai berikut:

  1. Perencaan

Pada tahap perencaan, dilihat pada kegiatan IHT guru dalam menyusun RPP hyperdoc dan LKPD darling. Hasil kegiatan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Grafik 1. Kerjasama menyusun LKPD darling

Pada kegiatan penyusunan LKPD darling kerjasama dapat dideskripiskan dengan kriteria kurang dengan nilai dibawah 50, cukup dengan nilai 55-70, baik dengan nilai 71-85 dan amat baik dengan nilai 86-100. Dari hasil pengukuran didapat bahwa kerjasama untuk mata pelajaran PABP, PPKn, Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA, IPS, PJOK, Seni Budaya, Prakarya dan Bahasa Jawa nilai pengukurannya 82,92 sehingga predikatnya adalah baik.

Grafik 2. Kerjasama Penyusunan RPP hyperdocs

Pada grafik bahwa pengukuran kerjasama dalam penyusunan RPP hyperdocs untuk semua mata pelajaran nilainya 82,38 dan  dapat disimpulkan baik

Grafik 3. Inovasi Penyusunan LKPD darling

Pada grafik bahwa pengukuran inovasi dalam penyusunan LKPD darling untuk semua mata pelajaran nilainya 82,38 dan  dapat disimpulkan baik.

 

Grafik 4. Inovasi Penyusunan RPP hyperdocs

Pada grafik bahwa pengukuran inovasi dalam penyusunan RPP hyperdocs untuk semua mata pelajaran nilainya 85,79 dan  dapat disimpulkan baik.

Grafik 5. Kepemimpinan dalam lesson study

Dari grafik diatas terlihat bahwa dari ke 3 mata pelajaran yaitu IPS, Matematika dan Bahasa Jawa predikat kepemimpinannya adalah sangat baik dengan nilai 91,67

Grafik 6. Apresiasi dalam lesson study

Dari grafik diatas terlihat bahwa dari ke 3 mata pelajaran yaitu IPS, Matematika dan Bahasa Jawa predikat apresiasi adalah sangat baik dengan nilai 88,89.

  1. Pelaksaaan

Pada tahap pelaksanaan untuk pembelajaran pengelolaan pembelajaran Blended Learning, hasil yang dicapai sebagai berikut:

Grafik 7. Rekap Penilaian RPP guru

Terlihat pada grafik bahwa RPP yang disusun guru ada 2 predikat yaitu baik dengan nilai 71-85, baik sekali 86-100. Guru yang dinilai ada 40. Dari grafik bahwa ada 14 guru dengan predikat baik dan 26 guru predikatnya baik sekali.

Grafik 8. Rekap Pelaksanaan Pembelajaran Blended Learning guru

Pada grafik terlihat dari 40 guru bahwa 11 guru dengan predikat baik dan 29 guru dengan predikat baik sekali.

 

  1. Evaluasi dan monitoring

Evaluasi dan monitoring yang dilaksanakan oleh kepala sekolah dilaksanakan dan baik.

 

Pembahasan

Setelah dilakukan strategi KINA ternyata mampu meningkatkan pengelolaan pembelajaran BL (Blended Learning). Hasil yang dicapai sebagai berikut: 1) Perencanaan. Pada tahap perencanaan,  indicator kerjasama pada penyusunan LKPD darling dengan nilai 82,95 dengan predikat baik kemudian pada penysuunan RPP hyperdocs dengan nilai 82,38 dengan predikat baik. Indicator inovasi pada penysuunan LKPD darling dengan nilai 82,38 dengan predikat baik dan penyusunan RPP hyperdocs dengan nilai 85,79 dengan predikat baik sekali. Indicator kepemimpinan pada pelaksanaan lesson study baik sekali dengan nilai 91,67 dan indicator apresiasi pada pelaksanaan lesson study baik sekali dengan nilai 88,89., 2) Pelaksanaan. Pada tahap pelaksanaan pada intrumen RPP ada 14 guru dengan predikat baik dan 26 guru dengan predikat baik sekali. Kemudian pada instrument pelaksanaan pembelajaran Blended Learning ada 11 guru dengan predikat baik dan 29 guru dengan predikat baik sekali. Secara keseluruhan, strategi KINA mampu meningkatkan kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran Blended Learning di kelas, 3) Evaluasi dan monitoring. Kegiatan evaluasi dan monitoring berjalan sesuai rencana dan hasilnya baik.

Bila kita cermati pelaksanaan KINA memenuhi sebagian besar predikat baik pada semua indicator dalam meningkatkan pengelolaan pembelajaran Blended Learning.

 

Dampak Positif

Dampak postif yang diperoleh dari strategi KINA untuk meningkatkan kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran BL (Blended Learning) di SMP Negeri Bawang sebagai berikut:

  1. Pengelolaan pembelajaran BL (Blended Learning) di kelas terlaksana
  2. Terbangunnya budaya kerjasama di kelompok MGMP sekolah
  3. Kompetensi guru meningkat
  4. 90% guru meningkat dalam pengelolaan IT

Rencana Tindak Lanjut

Rencana tindak lanjut terhadap strategi KINA untuk meningkatkan kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran BL (Blended Learning) di SMP Negeri 2 Bawang adalah sebagai berikut:

  1. Mengaktifkan kembali MGMP sekolah
  2. Pelaksanaan lesson study dilakanakan terus menerus
  3. Hasil refleksi lesson study digunakan untuk perbaikan pembelajaran berikutnya
  4. Menjadikan KINA untuk meningkatkan kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran BL (Blended Learning) di SMP Negeri 2 Bawang menjadi sebuah strategi yang bisa digunakan oleh pihak lain atau sekolah lain
  5. Mengembangkan LKPD secara berkesinambungan dan terus menerus

 

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari hasil analisis dalam pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa KINA merupakan strategi guru dalam pengelolaan pembelajaran Blended Learning. Strategi KINA dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Terlaksananya Pengelolaan Pembelajaran BL
  2. Guru melaksanakan pembelajaran BL di kelas
  3. BL dalam pengelolaan pembelajaran oleh guru menjadi optimal

 

Saran

Berdasarkan hasil pembahasana dan kesimpulan maka saran yang dapat diberikan sebagai berikut:

  1. Bagi Kepala Sekolah

Kepala sekolah diharapkan dapat lebih membina kerjasama dan kordinasi dengan guru dalam kegiatan pengelolaan pembelajaran Blended Learning yang telah dilakukan di kelas sehingga permasalahan yang dihadapi oleh guru dapat diatasi bersama.

  1. Bagi guru

Guru dapat menerapkan pembelajaran Blended Learning pada proses pembelajaran di kelas sehingga model pembelajaran Blended learning yang dapat diterapkan guru dapat bervariasi dan siswa tidak merasa bosan. Guru menciptakan iklim belajar yang demokratis sehingga menumbuhkan keaktifan belajar siswa

  1. Bagi siswa

. Siswa belajar menggunakan model Blended Learning dengan sungguh-sungguh pada materi yang sesuai, karena mempunyai banyak manfaat ke depannya. Contohnya : meningkatkan keaktifan siswa, siswa memiliki pandangan luas dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan dunia nyata.

  1. Bagi sekolah atau pihak lain

Sekolah atau pihak lain dapat menggunakan strategi KINA dan model pembelajaran Blended Learning dalam pengelolaan pembelajaran di masa kini karena dapat meningkatkat kompetensi guru.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi Prof. Dr, Metodologi Penelitian,

Dwiyoga, Dr Wasis D M.Pd, Pembelajaran Berbasis Blended Learning, PT Banjar Grafindo Persada, 2020.

Fitrah, Muh M. Pd dan Hendra M. Si, Pengelolaan kelas dalam pembelajaran, Penerbit: Manggu makmur Tanjung Lestari, Bandung, 2019.

https://www.asikbelajar.com/pengertian-kompetensi/

Pengertian Apresiasi Menurut Pendapat Para Ahli

SE Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 14 tahun 2019 tentang penyederhanaan RPP

UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *